Aqilah Shalihatulhayah 20210977
Meita Putri 29210045
Analisis Jurnal
Judul : COMPARATIVE ADVANTAGE: THEORY, EMPIRICAL MEASURES
AND CASE STUDIES
Pengarang : Tri
Widodo
Tahun : -
Tema : Comparative Advantage
Latar Belakang Masalah :
Fenomena
Dalam
teori perdagangan internasional, keunggulan komparatif adalah penting konsep
untuk menjelaskan pola perdagangan. Prinsip
keunggulan komparatif mendalilkan bahwa suatu bangsa akan mengekspor
barang atau jasa di mana ia memiliki keuntungan komparatif terbesar dan impor
mereka di mana ia memiliki keuntungan setidaknya komparatif (Ricardo, 1817).
barang atau jasa di mana ia memiliki keuntungan komparatif terbesar dan impor
mereka di mana ia memiliki keuntungan setidaknya komparatif (Ricardo, 1817).
Riset Terdahulu
Saldo
dkk. (1987) berpendapat bahwa kondisi ekonomi di berbagai negara
perdagangan akan menentukan pola internasional keunggulan komparatif dan pola
perdagangan internasional, produksi dan konsumsi (TPC) di antara negara. Dalam
studi empiris, peneliti menerapkan data pada TPC, seperti ekspor, impor,
produksi dan konsumsi, untuk "mengungkapkan" komparatif negara keuntungan. Namun,
penerapan data tersebut membawa beberapa masalah tentang
Data agregasi, besarnya TPC data, konkordansi TPC data dan
perdagangan pemerintah intervensi.
Data agregasi, besarnya TPC data, konkordansi TPC data dan
perdagangan pemerintah intervensi.
Motivasi Penelitian
Tulisan
ini bertujuan untuk mengkaji konsep dan langkah-langkah empiris keunggulan
komparatif dan untuk mendapatkan alat analisis, yaitu "produk pemetaan
", yang cocok untuk menganalisis keunggulan komparatif dari catching up
ekonomi, seperti ASEAN (Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara) negara.
Metodologi Penilitian :
Data
Variabel
Model Penilitian
Model penilitian yang digunakan dalam
penilitian ini adalah meninjau teori dan mengaplikasikan alat analisis “
produk pemetaan”.
Hasil dan Analisis:
Tabel diatas menyajikan produk pemetaan untuk tahun
1985 dan 2005. Kolom kedua merupakan top-sepuluh
produk yang terdaftar di Grup A. Produk-produk ini dianggap sebagai
yang terbaik-sepuluh produk dalam hal keunggulan komparatif dan neraca
perdagangan. Mereka berada dalam posisi memiliki keunggulan
komparatifdalam perdagangan internasional dan
negara dalam posisi harus neraca perdagangan yang positif (atau
sebagai net-eksportir). Semua angka menunjukkan hubungan
positif antara komparatif keuntungan dan neraca perdagangan. Semakin
tinggi keunggulan komparatif tertentu produk, semakin
tinggi kemungkinan suatu negara sebagai
eksportir menjadi net-. Ini hasil sangat
mendukung teori keunggulan komparatif (Ricardo, 1817):
"sebuah bangsa, seperti orang, keuntungan dari
perdagangan dengan mengekspor barang atau jasa yang memiliki keuntungan
terbesar komparatifnya dalam produktivitas dan impor mereka
paling tidak memiliki keunggulan komparatif ".
Kesimpulan
dan Rekomendasi :
Ada
hubungan positif antara keunggulan komparatif dan neraca
perdagangan. Semakin tinggi perbandingan keuntungan dari produk
tertentu, semakin tinggi kemungkinan suatu negara sebagai sebuah net-exporter. Hal
ini sangat mendukung teori keunggulan komparatif
Dalam penilitian sebaiknya dilihatkan
langkah – langkah pembuatan program
mapping pada aplikasi terhadap negara-negara ASEAN sehingga dapat dimengerti
dari mana hasil prduct mapping itu dibuat.
JUDUL
Creating Competitive Advantages out of Market
Imperfections: Taiwanese Firms in China
PENGARANG
Tain-Jy Chen and Ying-Hua
Ku
TAHUN
2002
TEMA
Comparative &
competitive advantage
1.
LATAR
BELAKANG MASALAH
1.1. FENOMENA
Teori berbasis sumber daya kompetisi berpendapat bahwa perusahaan terdiri
dari keunggulan kompetitif dari kemampuannya untuk
menggunakan sumber daya tertentu. Saat ini sudah
banyak negara yang melakukan investasi langsung asing atau FDI (foreign direct
investment). Termasuk Taiwan, perusahaan Taiwan lebih mampu merelokasi produksi
mereka jaringan - yang terdiri dari sejumlah besar perusahaan kecil - ke China. Selain
ingin memperluas merk dan produksinya, mereka juga ingin meningkatkan
keuntungan komparatif maupun kompetitif, yaitu memperoleh efisiensi dan
keuntungan yang tinggi. Karena dengan adanya peningkatan efisiensi dan
keuntungan tersebut maka akan meningkatkan tingkat persaingan mereka juga. Yang
secara mikro akan menaikkan nilai persaingan antar pasar, secara makro menaikan
persaingan negara. Pada akhirnya, mereka menginginkan kuantitas yang optimal,
biaya yang minimal, sehingga memperoleh profit yang besar.
1.2. RISET TERDAHULU
Teori tradisional investasi langsung
asing (FDI) memandang investasi seperti upaya untuk mengeksploitasi harga sewa
ekonomi di negara asing, di mana negara yang dianggap sebagai perbatasan pasar
baru. Teori tradisional
menempatkan penekanan yang signifikan terhadap kerugian dari perusahaan asing
dalam penggunaan sumber daya lokal, dengan kerugian tersebut timbul terutama
dari hambatan informasi. Hal ini juga dilihat kemampuan perusahaan untuk
melintasi hambatan informasi, atau 'keasingan', sebagai prasyarat untuk FDI.
Karena itu, hanya perusahaan yang memiliki aktiva tidak berwujud tertentu mampu
mengimbangi kekurangan ini informasi dapat terlibat dalam FDI. Teori tradisional FDI cenderung untuk
menekankan kepemilikan-spesifik keuntungan yang memungkinkan beberapa investor
untuk mengakses lokasi tertentu kembali sumber lebih mudah, atau menggunakannya
lebih efisien. Sebaliknya,
ketidaksempurnaan pasar dan kekurangan kelembagaan lebih penting daripada
karakteristik perusahaan dalam menciptakan FDI-berasal keunggulan kompetitif.
2.
MOTIVASI
PENELITIAN
Dengan disorotnya investasi langsung asing (FDI) sebagai langkah
strategis dengan investor asing untuk mengeksploitasi sumber daya negara tuan
rumah yang tidak sama tersedia bagi semua perusahaan untuk menciptakan
keunggulan kompetitif dalam jurnal ini, maka kita gunakan perusahaan Taiwan di Cina sebagai contoh.
Maka kita menemukan strategi
berbasis sumber daya FDI paling efektif antara perusahaan-perusahaan besar di
industri dewasa. Maka kita akan mengetahui seberapa baik strategi FDI
tersebut dalam meningkatkan efisiensi dan keuntungan yang diinginkan oleh
perusahaan.
3.
METODOLOGI
Metodologi pengambilan data
menggunakan data sekunder yaitu mengambil dari sumber-sumber terdahulu
4.
MODEL
PENELITIAN
Model 1
Jumlah lini
perusahaan A pada tahun 1994
Model 2
Peningkatan jumlah pabrik dan pekerja perusahaan B
Tahun
|
Jumlah Pabrik
|
Jumlah Pekerja
|
1987
|
1
|
100
|
1999
|
5
|
26000
|
Model 3
Kenaikan Jumlah keeping resistor
perusahaan C
1.
HASIL
DAN ANALISIS
Dari ketiga model diatas,
terlihat bahwa ketiga perusahaan mengalami kemajuan semenjak melakukan
investasi langsung asing (FDI) baik dari segi keuntungan komparatif maupun
kompetitif. Di model 1 kita lihat bahwa perusahaan A yang memproduksi sepatu
berhasil membangun 179 lini perusahaan di 3 negara asing termasuk Indonesia.
Padahal di awal ia melakukan FDI ia hanya bisa membuka 18 perusahaan dengan
50.000 pekerja. Perusahaan A berhasil menguasai 15% pangsa pasar global pada
tahun 1994.
Perusahaan B (model 2) merupakan
perusahaan transformer dan unit catu daya terbesar di Taiwan. Memulai FDI di
negara China pada tahun 1987 dengan membangun 1 pabrik dengan 100 pekerja. Dua
belas tahun kemudian terlihat kemajuan yang sangat signifikan baik dari jumlah
pabrik maupun pekerja. Selain daya unggul yang diperoleh dari memindahkan rantai pasokan,
perusahaan besar juga dapat menikmati keuntungan yang luar biasa dalam pasar
tenaga kerja China. Perusahaan B, misalnya, mempekerjakan
sebagian besar out-of-provinsi pekerja perempuan yang ditempatkan di asrama
perusahaan dengan kamar mereka dan papan ditutupi oleh biaya perusahaan.
Keuntungan yang lebih besar, di bidang pekerja terampil, yang masih harus
dibayar oleh perusahaan besar. Meskipun pasokan yang ada China tenaga kerja
terampil terbatas, sistem pendidikan tinggi negara itu tidak menawarkan kolam
besar bakat, yang dapat diolah dan diubah menjadi kemampuan teknik mengagumkan.
Di perusahaan C (model 3),
perusahaan yang bergerak di bidang elektronik pasif, memulai FDI pada tahun
1994. Tidak
seperti perusahaan-perusahaan Taiwan lainnya, yang biasanya melakukan investasi
greenfield ketika memasuki pasar Asia Tenggara, Perusahaan C memilih akuisisi
sebagai modus operandinya. Ini karena itu diakui bahwa saluran pemasaran sangat
penting untuk penjualan komponen pasif, seperti resistor, yang sebagian besar
standar. Sebaliknya, pembuat komponen elektronik khusus biasanya memasarkan
produk mereka melalui pengaturan subkontrak di mana sejumlah kecil hubungan
pembeli penting bagi keberhasilan. Hasilnya, dalam satu tahun mereka
mampu menambah lebih dari 300% jumlah keeping resistor yang dapat mereka
produksi.
2.
KESIMPULAN
DAN REKOMENDASI
2.1. KESIMPULAN
FDI merupakan langkah strategis yang
bisa dilakukan investor untuk menciptakan keunggulan kompetitif melalui
eksploitasi host-negara sumber daya yang tidak sama tersedia untuk semua
investor. Perusahaan Taiwan memanfaatkan China sebagai sebuah perbatasan pasar
baru dalam rangka untuk mempromosikan posisi mereka di pasar global.
Tetapi, ketiga perusahaan tetap dalam parameter kompetensi inti mereka, hanya mengatur
produksi produk teknologi yang terkait. Perusahaan-perusahaan
ini mengambil keuntungan dari ketidaksempurnaan pasar, dan insufisiensi lembaga
di negara-negara tuan rumah, untuk menciptakan hambatan akses ke sumber daya
lokal yang penting untuk kompetisi internasional.
2.2. REKOMENDASI
Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak sumber
daya untuk diolah. Jika memang hasil dari pengolahan itu kurang diketahui oleh
pangsa pasar global, maka cobalah untuk melakukan hal yang sama seperti ketiga
perusahaan dalam kasus di atas. Lakukanlah investasi langsung asing atau FDI.
Walaupun China merupakan negara yang berpotensi dan menguntungkan untuk
melakukan investasi langsung asing atau FDI, tapi kita juga harus melihat
potensi negara lain yang mungkin bisa lebih menguntungkan dibanding China.
0 komentar:
Posting Komentar