I.
Judul
:
Analisis
Efesiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Dan
Mandiri Di Kota Palu Provinsi Sulawesi
Tengah
II.
Pengarang
:
Rita
Yunus
III.
Tahun
:
Juni 2009
IV.
Tema
:
Analisis Efesiensi Produksi Usaha
Peternakan Ayam
V.
Latar
Belakang Masalah :
i.
Fenomena :
Pendapatan peternak
ayam ras pedaging baik yang mandiri maupun pola kemitraan sangat dipengaruhi
oleh kombinasi penggunaan faktor-faktor produksi yaitu bibit ayam (DOC); pakan;
obat-obatan, vitamin dan vaksin; tenaga kerja; biaya listrik, bahan bakar; serta
investasi kandang dan peralatan (Sumartini, 2004), sehingga usaha peternakan
ayam ras pedaging di Kota Palu diduga juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
produksi tersebut. Dengan menggunakan kombinasi faktor-faktor produksi yang
serasi diharapkan dapat meningkatkan efisiensi untuk memperoleh hasil yang
maksimal, namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan sistem produksi antara
usaha ternak pola kemitraan dan mandiri dan berdampak pada pendapatan usaha dan
alokasi penggunaan input produksi. Peternak
ayam ras pedaging mandiri di Kota Palu umumnya mempunyai skala yang kecil (500
- 2000 ekor) per periode pemeliharaan dan sangat menggantungkan hidupnya pada
usaha tersebut, sedangkan peternak ayam ras pedaging pola kemitraan mempunyai
skala ( > 2500 ekor) per periode pemeliharaan. Oleh karena itu
permasalahannya adalah sampai seberapa jauh efisiensi usaha peternakan ayam ras
pedaging pola kemitraan dan mandiri di Kota Palu.
ii.
Riset Terdahulu :
Sumartini (2004),
Kemitraan Agribisnis Serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Usaha Ternak Ayam Ras
Pedaging (Studi Pada Kemitraan Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging di Kabupaten
Bandung). Tujuannya adalah untuk mengetahui besarnya pengaruh faktor-faktor
produksi terhadap pendapatan usaha ternak ayam ras pedaging kemitraan (pola
kontrak harga, pola kontrak upah, dan pola kerjasama manajemen) dan peternak
mandiri, kemudian melihat perbedaan pendapatan antara kedua usaha ternak
tersebut. Dalam penelitian ini komponen faktor produksinya adalah bibit ayam
(doc), pakan, obat dan vaksin, bahan bakar, upah tenaga kerja, sewa kandang,
dan biaya listrik yang kemudian dianalisis menggunakan Regresi Linier Berganda
(Multiple Linier Regression).
Hasil Penelitian :
1. Faktor produksi obat dan vaksin yang paling besar
pengaruhnya terhadap pendapatan usaha ternak kemitraan pola kontrak harga.
Tetapi tidak berpengaruh nyata dan hubungannya negatif terhadap pola kerjasama manajemen
dan peternak mandiri. Faktor produksi sewa kandang pada usaha ternak kerjasama
manajemen, dan faktor produksi upah tenaga kerja pada usaha ternak non mitra.
2. Faktor produksi upah tenaga kerja yang paling besar
pengaruhnya terhadap pendapatan usaha ternak kontrak upah.
3. Besarnya pendapatan usaha yang diperoleh peternak
kemitraan pola kerjasama manjemen lebih besar daripada pendapatan usaha ternak
kemitraan pola kontrak harga dan kontrak upah.
Achmad Gusasi, dkk
(2006), Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha Ternak Ayam Potong pada
Skala Usaha Kecil, tujuannya adalah untuk menelusuri komponen faktor produksi
yang digunakan dalam pengelolaan usaha, dan ingin mengetahui pendapatan bersih
yang dapat diperoleh pada setiap tingkatan skala usaha serta tingkat
efisiensinya.
Hasil penelitiannya:
1. Perbedaan pendapatan usaha pada setiap tingkatan skala
usaha sangat nyata sehingga manfaat dan keuntungan dapat diperoleh pada skala
usaha yang lebih besar.
2. Semakin besar skala usaha yang dilakukan, maka semakin
besar pula tingkat efisiensinya.
3. Antisipasi faktor lingkungan dan keamanan yang sering
menyebabkan pengaruh pada kebocoran dan kehilangan dapat menyebabkan
berkurangnya penerimaan dan membengkaknya pengeluaran serta menyebabkan tidak efisien
dalam pengelolaan.
iii.
Motivasi Penilitian :
Motivasi penilitian
ini adalah untuk menganalisis perbedaan pendapatan rata – rata, menganalisis
alokasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi sekaligus tingkat efesiensi
teknis, efesiensi harga dan efesiensi ekonomis usaha peternakan ayam ras
pedaging pola kemitraan dan mandiri.
VI.
Metodologi
Penelitian
i.
Data :
Jenis data yang
dipakai sebagai penelitian adalah merupakan data primer dan data sekunder. Data
primer diambil secara cross section melalui wawancara secara langsung dengan
peternak dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner). Adapun data yang
langsung diperoleh dari peternak meliputi: 1). Investasi usaha yang terdiri dari
kandang, instalasi listrik, instalasi air, tempat pakan dan tempat minum,
pemanas serta perlengkapan lainnya; 2) elemen biaya produksi meliputi pembelian
DOC, pakan, vaksin, obat-obatan dan vitamin, biaya listrik dan bahan bakar,
tenaga kerja, perawatan kandang, penyusutan kandang dan peralatan, transportasi
serta biaya tak terduga lainnya; 3) pendapatan yang berasal dari penjualan
ayam. Data lainnya sebagai pendukung dalam penelitian ini adalah data tentang
profil peternakan (menyangkut identitas peternak) dan teknis pemeliharaan
(curahan tenaga kerja, umur jual ayam, volume produksi, jumlah periode
pemeliharaan per tahun). Data sekunder yang diperoleh meliputi data populasi
ayam ras pedaging, jumlah peternakan ayam ras pedaging, dan gambaran umum peternakan
ayam ras pedaging. Sumber data primer diperoleh langsung dari peternak
(responden), sedangkan data sekunder merupakan data laporan yang diperoleh dari
lembaga/instansi yang terkait dalam penelitian ini, antara lain BPS Kota Palu, Dinas
Pertanian Perkebunan dan Peternakan Propinsi Sulawesi Tengah, Dinas Pertanian,
Kehutanan dan Kelautan Kota Palu, Asosiasi Pengusaha Perunggasan (APP) Propinsi
Sulawesi Tengah.
ii.
Variabel :
Analisis Usaha
Analisis usaha ternak digunakan untuk menghitung pendapatan
usaha ternak serta Return/Cost (R/C) ratio.
Pd = TR – TC …………………………………………………….. (3.1)
dimana :
Pd = pendapatan usahaternak
TR = total penerimaan
TC = total biaya
Return/Cost (R/C) ratio adalah merupakan perbandingan antara
total penerimaan dengan total biaya dengan rumusan sebagai berikut
(Soekartawi,1995)
a = R / C …………………………………………………………... (3.2)
R = Py x Y
C = FC + VC
a = Py x Y / (FC+VC)
dimana :
a = R / C ratio
R = penerimaan (revenue)
C = biaya (cost)
Py= harga output
Y = output
FC= biaya tetap (fixed cost)
VC= biaya variable (variable cost)
Kriteria keputusan:
R / C > 1, usaha ternak untung
R / C < 1, usaha ternak rugi
R / C = 1, usaha ternak impas (tidak untung/tidak rugi)
iii.
i.
Model Penilitian :
Model analisis yang digunakan adalah fungsi produksi
Stochastic Frontier Cobb-Douglas model Battese and Coelli, 1995 dengan opsi Technical
Efficiency Effect Model.
M
I.
Hasil
dan Analisis :
Hasil penelitian ini menemukan
bahwa berdasarkan uji beda t test peternak ayam ras pedaging mandiri memiliki
tingkat pendapatan rata-rata yang berbeda dibanding peternak pola kemitraan,
hal ini ditunjukkan dengan nilai R/C ratio peternak mandiri sebesar 1,26 lebih
tinggi dibanding peternak pola kemitraan yang hanya sebesar 1,06. Dalam hal ini
peternak yang berusaha secara mandiri lebih menguntungkan daripada peternak
yang menjadi anggota pola kemitraan.
Hasil uji terhadap faktor produksi
menunjukkan bahwa variabel bibit ayam (DOC) dan pakan berpengaruh nyata (significant)
pada α=1% dan berhubungan positif dengan produksi, dengan nilai koefisien
yang cukup besar, yang artinya bahwa pertambahan bibit ayam (DOC) atau pakan
akan meningkatkan produksi, sedangkan variabel vaksin, obat dan vitamin juga
berpengaruh nyata namun menunjukkan hubungan yang negatif terhadap produksi,
artinya bahwa perlu adanya pembatasan penggunaan vaksin, obat dan vitamin agar
produksi bisa optimal. Selain itu variabel lain yang juga berpengaruh nyata
pada α=5% dan berhubungan positif dengan produksi adalah tenaga kerja dan bahan
bakar, karena kemampuan peternak dalam manajemen usaha memang sangat menentukan
tingkat keberhasilan peternakannya, demikian pula dengan faktor produksi bahan
bakar karena merupakan sumber pemanas indukan ayam “brooder” agar bibit
ayam (DOC) bisa tumbuh dan menghasilkan daging dengan sempurna. Namun listrik
dan luas kandang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peningkatan
produksi ayam ras pedaging.
Analisis efisiensi teknis yang
dicapai peternak ayam ras pedaging secara keseluruhan adalah sebesar 0,868.
Selain dipengaruhi secara nyata oleh factor produksi bibit; pakan; vaksin, obat
dan vitamin; tenaga kerja dan bahan bakar, namun juga dipengaruhi oleh
faktor-faktor sosial ekonomi, dan yang secara nyata pada α=10% mempengaruhi
efisiensi teknis adalah tingkat umur peternak, dimana peternak berusia muda
memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi maka akan menambah efisiensi
teknis, sedangkan faktor pengalaman, jenis kelamin dan tingkat pendidikan
walaupun tidak berpengaruh secara nyata namun menunjukkan hubungan yang sesuai
terhadap pencapaian tingkat efisiensi teknis. Pencapaian efisiensi harga/alokatif
dan efisiensi ekonomis pada peternak pola kemitraan sebesar 1,816 dan 1,587,
sedangkan efisiensi harga/alokatif peternak mandiri adalah sebesar 1,838 dan
efisiensi ekonomis sebesar 1,593. Secara keseluruhan kedua usaha ternak
tersebut belum mencapai tingkat efisiensi frontier. Namun bagi peternak pola
kemitraan efisiensi harga/alokatif dan efisiensi ekonomis tidak menjadi suatu
hal penting yang harus dicapai karena pada usaha ternak pola kemitraan harga
input dan harga output sudah ditentukan oleh pihak inti (perusahaan) dan
peternak hanya menerima saja. Lain halnya dengan peternak mandiri yang dengan
bebas dapat memilih dan menentukan kombinasi harga faktorfaktor produksi yang
mereka gunakan.
II.
Kesimpulan
dan Rekomendasi :
Berdasarkan hasil analisis terhadap
usaha peternakan ayam ras pedaging pola kemitraan dan mandiri di Kota Palu,
maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Usaha
peternakan ayam ras pedaging pola kemitraan dan mandiri di Kota Palu masih
cukup menguntungkan, namun pendapatan rata-rata usaha ternak mandiri lebih
besar dari rata-rata pendapatan usaha ternak pola kemitraan.
2.
Faktor-faktor/variabel
yang berpengaruh nyata terhadap produksi adalah bibit ayam (DOC), pakan, tenaga
kerja, dan bahan bakar, namun yang juga berpengaruh nyata namun tidak sesuai
tanda adalah vaksin,obat dan vitamin. Listrik dan luas kandang walaupun tidak
berpengaruh nyata namun menunjukkan tanda yang sesuai.
3.
Rata-rata
tingkat efisiensi teknis yang dicapai peternak ayam ras pedaging pola kemitraan
dan mandiri sudah mencapai level yang cukup tinggi namun belum efisien dan
masih memungkinkan untuk menambah variabel inputnya untuk mendapatkan hasil
yang optimal.
Berdasarkan peningkatan efisiensi
dan produksi dari hasil usaha peternakan ayam ras pedaging di Kota Palu, walaw
eesiensi peternak berada pada level yang cukup tinggi namun secara teknis
diharapkan bagi peternak agar dapat mengalokasikan input-input produksinya
lebih efisien lagi terutama dalam mengontrol penggunaan obat-obatan. Dan dari
sisi pemerintah, seharusnya pemerintah memberikan pendamping masyaratkat yang
bisa mendampingi dilapangan.