Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Indonesian Iron and Steel
Industry Association (IISIA) menyatakan, pasar baja di Indonesia tahun
ini diperkirakan mencapai Rp63,7 triliun atau setara 9,5 juta ton. Angka
itu meningkat 53,4% dibandingkan 2010 yang mencapai Rp41,5 triliun.
Sementara itu harga jual rata-rata baja pada 2011 akan naik 15-23%
dibanding tahun 2010.
Meski pencapaiannya tidak akan sebesar target yang ditetapkan
pemerintah, industri baja diperkirakan masih akan tetap tumbuh tahun
depan. Pasalnya, krisis ekonomi global tidak akan menghalangi
negara-negara berkembang yang sedang mengembangkan infrastruktur.
Peningkatan produksi baja di Indonesia diprediksi akan
meningkat, hal itu dikarenakan:
1. Percepatan
dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia yang membutuhkan banyak produk baja
2. Sektor
otomotif mendorong penggunaan baja
3. Sektor
perkapalan juga meningkat
Karena tingginya biaya produksi, maka produsen bajapun akan
menaikkan harga jual produk.
Indonesia termasuk salah satu konsumen sekaligus produsen
baja yang besar. Namun yang terjadi saat ini, produksi baja nasional tidak
pernah seimbang dengan konsumsi kebutuhan dalam negeri.
Diperkirakan tahun ini Indonesia masih harus mengimpor baja
sekitar 3 juta ton untuk memenuhi tingginya kebutuhan baja di dalam negeri.
Oleh karena itu, saat ini masing-masing produsen dalam negeri berlomba
meningkatkan kapasitas produksi dan perluasan pasar untuk dapat memenuhi target
penjualannya.
Pasar baja nasional memang besar. Dengan pembangunan
infrastruktur yang terus berjalan, pasar baja Indonesia akan tetap tumbuh.
Namun, di tengah besarnya pasar baja di negeri ini, tingkat produksi masih
belum mengimbangi kebutuhan. Sebenarnya ini menjadi potensi pasar untuk
investasi baru, asalkan dapat bersaing dengan harga murah dan kualitas baik.
Sumber: