Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2010 di luar dugaan mampu mencapai 6,1 persen atau lebih tinggi dari target yang ditetapkan dalam APBN Perubahan sebesar 5,8 persen. Kepala Badan Pusan Statistika (BPS), Rusman heriawan menyatakan pertumbuhan melesat hingga menembus enam persen terjadi pada detik-detik terakhir pengunjung tahun lalu. Perubahan ekonomi pada kuartal keempat ( oktober-desember) 2010 sebesar 6,9 persen mengerek rata-rata pertumbuhan sepanjang tahun.
Namun, pertumbuhan ekonomi tahun lalu masih ditopang oleh sektor nontradeable (tidak diperdagangkan) seperti pengangkutan dan komunikasi Sektor-sektor yang minim menyerap tenaga kerja. Sektor komunikasi yang tumbuh 13,5 persen, serta sektor keuangan dan jasa tumbuh5,7 persen. Sedangkan sektor pertanian dan industri yang menyerap tenaga kerja cukup besar masih berjalan lambat. Sektor pertanian hanya tumbuh 2,9 persen dan industri pengolahan tumbuh 4,5 persen. Sementara jika dilihat dari wilayah penyumbang PDB, belum terlihat adanya perubahan signifikan karena jawa dan sumatra menguasai 80 persen lebih dari porsi PDB.
Untuk kuartal tahun lalu, sektor pertanian, perternakan, kehutanan, dan perikanan mengalami penyusutan alias tumbuh negatif 20,3 persen jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Namun, Rusman tak kaget melihat grafis sektor pertanian. Menurutnya, siklus penurunan setiap kuartal keempat memang terjadi pada sektor pertanian. Bahkan, itu terjadi dalam 10 tahun terakhir. “ jarang ada panen yang ada menggarap (lahan)” ujarnya menjelaskan.
Rusman menyebutkan, nilai PDB perkapita tersebut didapat dari pencapaian PDB sebesar Rp 6.422,9 triliun dibagi dengan jumlah penduduk indonesia sebesar 237,6 juta orang. Dari angka tersebut di dapat PDB perkapita indonesia mencapai sekitar RP 27 juta. Sementara Produk Nasional Bruto (PNB) perkapita juga meningkat dari Rp23,1 juta pada 2009 menjadi Rp 26,3 jutapada 2010. “terjadi peningkatan sebesar 13,9 persen” kata Rusman. Kenaikan pendapatan, menurut dia, merupakan cerminan dari pengeluaran masyarakat. “dari pengeluaran itu angkanya cukup bagus, begitu pula jika melihat sisi pemerataannya sudah baik” ujarnya.
Rusman menilai, rasio ketimpangan di antara masyarakat masih dalam kisaran yang cukup baik jika melihat indeks koefisien gini pada 2 010 sebesar 0,33 atau lebih rendah dibandingkan dengan 2009 yaitu 0,36. “Lima tahun terakhir koefisien gini relatif berfluaktif. Namun jika angkanya di bawah 0,5 saja itu sudah cukup bagus” terangnya. PDB per kapita dihitung dari pengeluaran bukan dari penghasilan. Pasalnya, menghitung ung yang dikeluarkan oleh masyarakat lebih mudah jika dibandingkan penerimaannya. “Sulit kalau orang itu ditanya jumlah penghasilannya berapa. Mereka pasti menyembunyikannya” kata dia.
Berdasarkan data BPS yang diolah dari data Susenas (survey sosial ekonomi indonesia) modul komunikasi, indeks koefisien secara nasiona, baik kota maupun desa, pada 2010 menunjukkan angka 0,331. Angka ini lebih rendah dibandingkan pada 2009 sebesar 0,357. Namun angka ini masih mencerminkan bahwa ketimpangan pendapatan masyarakat masih relatif kentara. Jumlah penduduk miskin di Indonesia terbesar memang berada diwilayah Jawa-Bali dengan jumlah 20,19 juta jiwa. Namun, jika dihitung berdasarkan perbandingan rasio jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin wilayah Papua menempati urutan pertama. Disusul Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, Sumatra, dan Jawa-Bali.
Kabar ekonomi indonesia naik tentu membuat Menteri Keuangan Agus DW Martowardojo tersenyum. Dia menilai, pertumbuhan itu merupakan buah dari kombinasi berbagai sektor kegiatan ekonomi seperti konsumsi rummah tangga, investasi, dan ekspor. “semuanya berperan” katanya. Agus mengakui, kinerja pada kuartal keempat sangat berpengaruh terhadap kinclongnya pertumbuhan ekonmi secara keseluruhan. Ekspor menjadi pendorong utama mesin ekonomi pada kuartal terakhir itu. “ Jadi, tantangan kita sekarang supaya bisa lebih baik ke depan” tuturnya. Menkeu berharap, momentum yang baik ini dapat menular ke realisasi pertumbuhan ekonomi 2011. Dia yakin target 6,4 persen yang sudah dipatok dalam APBN bisa diwujudkan. Apalagi, Bank Indonesia juga sudah menaiikan suku bunga acuannya untuk merespons kekhawatiran pasar terhadap inflasi.
Namun, ekonom dari Sustainable Development Indonesia, Drajad wibowo, melihat, pertumbuhan ekonomi sebesar 6,1 persen itu belum menyentuh rakyat kecil. Pemerintah disarankan menggeser sumber pertumbuhan ekonomi kepada sektor yang lebih banyak dihuni masyarakat berpenghasilan rendah. ‘Kalau tidak segera digeser, ketimpangan akan semakin melebar” ujarnya. Akibat struktur ekonomi yang timpang, Drajad melanjutkan, kemiskinan dan kelaparan masih mudah dijumpai meskipun pertumbuhan ekonomi terus memperlihatkan angka-angka kenaikan.
Menurutnya, sumber pertumbuhan ekonomi negara masih didominasi oleh sektor keuangan, telekomunikasi, sekuritas, perkebunan besar, dan pertambangan besar. Pemerintah perlu menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan menggesernya ke sektor dan daerah yang menjadi kantong penduduk berpenghasilan rendah dan penduduk miskin. Dia khawatir, jika ini tidak dilakukan, masyarakat keci tidak akan pernah ikut menikmati pertumbuhan ekonomi. “Sekarang yang merasakan ya mereka yang ada di perkebunan besar, teknolgi telekomunikasi, IT, dan industri kreatif” papar Drajad.
Sumber pertumbuhan dari sektor-sektor besar memang menciptakan kelas menengah baru yang cukup besar. Drajad mengatakan, kelas menengah ini nantinya memang menjai mesin pertumbuhan ke depan. Di sisi lain, masih ada rakyat kecil yang tercecer, seperti kaum nelayan, buruh, tani, dan mereka yang tinggal diaerah terpencil.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Erina Yustika menilai, angka pertumbuhan 6,1 persen pada 2010 itu masih menyimpan tiga catatan penting. Pertama, soal pertumbuhan sektor pertanian yang masih sangat rendah. Ini berarti kemiskinan dan pengangguran sulit diturunkan. Kedua, pertumbuhan tinggi di sektor nonttradeble menjadi sumber ketimpangan pendapatan atau pembangunan. Dan ketiga, industri yang lemah membuat nilai tambah produk dalan negeri menjadi rendah. “sulit memperbaiki situasi ini jika sektor riil masih terperangkap dalam zona pertunbuhan ekonomi rendah” jelasnya. Menurut Erani, cara paling mudah mengatasi masalah ini adalah dengan mengembalikan seluruh insetif ekonomi dan alokasi anggaran untuk membangun sektor riil. “sektor moneter dan fiskal berjibaku mendorong sektor riil. Dengan jalan ini, prospek ekonomi 2011 akan menjadi lebih terangdaripada 2010” katanya.
Sumber : Koran REPUBLIKA, edisi selasa 8 Februari 2010, dengan wacana “Ekonomi RI Tumbuh 6,1 persen” oleh Teguh Firmansyah dan Shally Pristine dan wacana “Pendapatan Perkapita Naik” oleh Teguh firmansyah
0 komentar:
Posting Komentar